Radang pada
genetalia eksterna meliputi bartolinitis, vaginitis dan vulva vaginitis.
Bartolinitis merupakan Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga
dapat menimbulkan pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Infeksi alat
kelamin wanita bagian bawah biasanya disebabkan oleh : Virus (kondiloma
akuminata dan herpes simpleks), Jamur (kandida albikan), Protozoa ( amobiasis
dan trikomoniasis) dan Bakteri (neiseria gonore)
Vaginitis merupakan suatu peradangan pada lapisan vagina. Vulvitis adalah
suatu peradangan pada vulva (organ kelamin luar wanita). Vulvovaginitis adalah
peradangan pada vulva dan vagina. Penyebabnya adalah Bakteri (misalnya
klamidia, gonokokus), Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita
diabetes, wanita hamil.
Vulvovaginitis adalah iritasi/inflamasi pada kulit daerah vulva dan vagina.
Iritasi ini dapat menyebabkan terjadinya: gatal-gatal (45-58%) di sekitar
daerah labia mayora (bibir vagina besar), labia minor (bibir vagina kecil), dan
daerah perineal (daerah perbatsan antara vagina dan anus)kemerahan dan rasa
seperti terbakar pada kulit (82%) rasa tidak nyaman pada kulit terutama pada
saat atau setelah buang air kecil banyaknya lendir yang keluar dari vagina
(62-92%).
Bartonilitis
A.
Pengertian
Bartolinitis adalah Infeksi pada
kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat menimbulkan pembengkakan pada
alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa nyeri
hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring pembengkakan pada kelamin yang memerah.
B. Etiologi
Bartolinitis
disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak di bagian
dalam vagina agak keluar. Mulai dari chlamydia, gonorrhea, dan sebagainya.
Infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat diproduksinya cairan
pelumas vagina
C. Etiologi
Infeksi
a.
Infeksi alat kelamin wanita bagian bawah
biasanya disebabkan oleh :
Virus
: kondiloma akuminata dan herpes simpleks.
Jamur
: kandida albikan.
Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis.
Bakteri : neiseria gonore.
Protozoa : amobiasis dan trikomoniasis.
Bakteri : neiseria gonore.
b.
Infeksi alat
kelamin wanita bagian atas :
Virus
: klamidia trakomatis dan parotitis epidemika.
Jamur
: asinomises.
Bakteri : neiseria
gonore, stafilokokus dan E.coli
D. Patofisiologi
Lama
kelamaan cairan memenuhi kantong kelenjar sehingga disebut sebagai kista
(kantong berisi cairan). “Kuman dalam vagina bisa menginfeksi salah satu
kelenjar bartolin hingga tersumbat dan membengkak. Jika tak ada infeksi, tak
akan menimbulkan keluhan.
E. Tanda dan
Gejala
1. Pada vulva :
perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar, nyeri tekan.
2. Kelenjar
bartolin membengkak,terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau duduk,juga dapat
disertai demam
3. Kebanyakkan
wanita dengan penderita ini datang ke PUSKESMAS dengan keluhan keputihan dan
gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan suami, rasa sakit saat buang air
kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin.
4. Terdapat
abses pada daerah kelamin
5. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan bercampur dengan darah.
F. Pengobatan
Pengobatan
yang cukup efektif saat ini adalah dengan: antibiotika golongan cefadroxyl 500
mg, diminum 3×1 sesudah makan, selama sedikitnya 5-7 hari, dan asam mefenamat
500 mg (misalnya: ponstelax, molasic, dll), diminum 3×1 untuk meredakan rasa
nyeri dan pembengkakan, hingga kelenjar tersebut mengempis.
G.
Pemeriksaan
Penunjang
1.
Laboratorium
2.
Vullva
3.
In speculo
H.
Penatalaksanaan
Tatalaksana
Infeksi Alat Kelamin Wanita
Berikut ini adalah beberapa infeksi alat kelamin
wanita yang sering dijumpai di Puskesmas dan tatalaksana yang disesuaikan
dengan sarana diagnosis dan obat-obatan yang tersedia.
1. Gonore (GO)
Anamnese :
a. 99 kasus GO
pada wanita menyerang servik uteri dan 50-75 % kasus pada wanita tidak ada
gejala atau keluhan.
b. Kalau ada
keluhan biasanya disuria dan lekore, yang sering diabaikan oleh penderita.
c. Sering
anamnese hanya didapatkan riwayat kontak dengan penderita.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan dengan spekulum :
ostium uteri eksternum bisa tampak normal, kemerahan atau erosif. Tampak
vaginal discharge dengan sifat mukoid keruh, mukopurulen atau purulen. Mungkin
didapatkan komplikasi seperti : bartolinitis, salpingitis, abses tubo ovarii
bahkan pelvik peritonitis. Ketiga komplikasi tersebut terahir disebut Pelvis
Inflamatory Disease (PID).
Laboratorium :
Asupan servik atau vaginal discharge : Diplokokus gram
negatif intraseluler lekosit.
2. Uretritis
Non Gonore
Anamnese :
Biasanya tidak ada keluhan. Kalau ada, keluhan
biasanya adalah disuria dengan atau tanpa discharge. Sering juga dikeluhkan
keluar darah pada akhir dari buang air kecil (terminal dysuria). Sering bersifat kumat-kumatan (yang membedakan dengan GO) Riwayat kontak
sering (+)
Pemeriksaan :
Mungkin ada discharge uretra.
Bila disertai sistitis, mungkin ada nyeri tekan suprapubis.
Laboratorium :
Uretral discharge : diplokokus
(-), lekosit >10/lapangan pandang.
Urin : berawan atau didapat
benang-benang pendek (threads)
3. Trikomoniasis
Anamnese :
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah
adanya keputihan dengan jumlah banyak, berwarna kuning atau putih kehijauan.
Sakit pada saat berhubungan sex (dyspareunia) juga sering dikeluhkan. Riwayat
suami kencing nanah perlu ditanyakan, karena > 50% penderita GO wanita
disertai dengan trikomoniasis.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan in speculo : terasa sakit, fluor albus
cair dengan jumlah banyak dan berwarna kuning atau putih kehijauan, khas :
didapat bintik-bintik merah (punctatae red spots atau strawbery cervix) di
dinding vagina.
Laboratorium :
Fluor albus : dengan mikroskup
cahaya Trichomonas vaginalis (+).
4. Kandidiasis
Anamnese :
Keluhan utama biasanya adalah keputihan dan gatal di
vagina.
Mungkin juga dikeluhkan adanya rasa sakit waktu
melakukan aktivitas sexual. Faktor predisposisi : diabetes militus, pemakaian
Pil KB, dan pemakaian antibiotika yang tidak terkontrol serta kegemukan.
Pemeriksaan :
Vulva : tampak merah, udem, adanya plak putih, mungkin
didapat juga fisura atau erosi (Vulvovaginitis).
In speculo : Terasa sakit, Discharge kental, sedikit,
putih seperti keju dan biasanya menutup portio.
Laboratorium :
Sel ragi (yeast cells) atau tunas (budding body) dan
pseudohypha atau spora.
I.
Pencegahan
Untuk menghadang radang, berbagai cara bisa dilakukan.
Salah satunya adalah gaya hidup bersih dan sehat :
1. Konsumsi
makanan sehat dan bergizi. Usahakan agar Anda terhindar dari kegemukan yang
menyebabkan paha bergesek. Kondisi ini dapat menimbulkan luka, sehingga keadaan
kulit di sekitar selangkangan menjadi panas dan lembap. Kuman dapat hidup
subur di daerah tersebut.
2. Hindari mengenakan
celana ketat, karena dapat memicu kelembapan. Pilih pakaian dalam dari bahan
yang menyerap keringat agar daerah vital selalu kering.
3. Periksakan
diri ke dokter jika mengalami keputihan cukup lama. Tak perlu malu
berkonsultasi dengan dokter kandungan sekalipun belum menikah. Karena keputihan
dapat dialami semua perempuan.
4. Berhati-hatilah
saat menggunakan toilet umum. Siapa tahu, ada penderita radang yang
menggunakannya sebelum Anda.
5. Biasakan
membersihkan diri, setelah buang air besar, dengan gerakan membasuh dari depan
ke belakang.
6. Biasakan
membersihkan alat kelamin setelah berhubungan seksual.
7. Jika tidak
dibutuhkan, jangan menggunakan pantyliner. Perempuan seringkali salah kaprah.
Mereka merasa nyaman jika pakaian dalamnya bersih. Padahal penggunaan
pantyliner dapat meningkatkan Kelembapan kulit di sekitar vagina.
8. Alat
reproduksi memiliki sistem pembersihan diri untuk melawan kuman yang merugikan
kesehatan. Produk pembersih dan pengharum vagina yang banyak diperdagangkan
sebetulnya tidak diperlukan. Sebaliknya jika digunakan berlebihan bisa
berbahaya.
9. Hindari
melakukan hubungan seksual berganti-ganti pasangan. Ingat, kuman juga bisa
berasal dari pasangan Anda. Jika Anda berganti-ganti pasangan, tak gampang
mendeteksi sumber penularan bakteri. Peradangan berhubungan
erat dengan penyakit menular seksual dan pola seksual bebas.
VAGINITIS
A. Definisi
Vaginitis adalah suatu
peradangan pada lapisan vagina. vulvitis adalah suatu peradangan pada vulva
(organ kelamin luar wanita). vulvovaginitis adalah peradangan pada vulva dan
vagina.
B. Etiologi
Penyebabnya bisa berupa:
Penyebabnya bisa berupa:
1. Infeksi
· Bakteri (misalnya klamidia, gonokokus)
· Jamur (misalnya kandida), terutama pada penderita diabetes, wanita hamil
dan pemakai antibiotic
· Protozoa (misalnya trichomonas vaginalis)
· Virus (misalnya virus papiloma manusia dan virus herpes)
2. Zat atau
benda yang bersifat iritatif
· Spermisida, pelumas, kondom, diafragma, penutup serviks dan spons
· Sabun cuci dan pelembut pakaian
· Deodoran
· Zat di dalam air mandi
· Pembilas vagina
· Pakaian dalam yang terlalu ketat, tidak berpori-pori dan tidak menyerap
keringat
· Tinja
3. Tumor
ataupun jaringan abnormal lainnya
4. Terapi
penyinaran obat-obatan
5. Perubahan
hormonal
C. Gejala
Gejala yang paling sering ditemukan adalah keluarnya
cairan abnormal dari vagina. Dikatakan abnormal jika jumlahnya sangat banyak,
baunya menyengat atau disertai gatal-gatal dan nyeri. Cairan yang abnormal
sering tampak lebih kental dibandingkan cairan yang normal dan warnanya
bermacam-macam. misalnya bisa seperti keju, atau kuning kehijauan atau
kemerahan.
Infeksi vagina karena bakteri cenderung mengeluarkan
cairan berwarna putih, abu-abu atau keruh kekuningan dan berbau amis. Setelah
melakukan hubungan seksual atau mencuci vagina dengan sabun, bau cairannya
semakin menyengat karena terjadi penurunan keasaman vagina sehingga bakteri
semakin banyak yang tumbuh. Vulva terasa agak gatal dan mengalami iritasi.
Infeksi jamur menyebabkan gatal-gatal sedang sampai
hebat dan rasa terbakar pada vulva dan vagina. Kulit tampak merah dan terasa
kasar. Dari vagina keluar cairan kental seperti keju. Infeksi ini cenderung
berulang pada wanita penderita diabetes dan wanita yang mengkonsumsi
antibiotik.
Infeksi karena trichomonas vaginalis menghasilkan
cairan berbusa yang berwarna putih, hijau keabuan atau kekuningan dengan bau
yang tidak sedap. Gatal-gatalnya sangat hebat.
Cairan yang encer dan terutama jika mengandung darah,
bisa disebakan oleh kanker vagina, serviks (leher rahim) atau endometrium.
Polip pada serviks bisa menyebabkan perdarahan vagina setelah melakukan
hubungan seksual. Rasa gatal atau rasa tidak enak pada vulva bisa disebabkan
oleh infeksi virus papiloma manusia maupun karsinoma in situ (kanker stadium awal
yang belum menyebar ke daerah lain).
Luka terbuka yang menimbulkan nyeri di vulva bisa
disebabkan oleh infeksi herpes atau abses. Luka terbuka tanpa rasa nyeri bisa
disebabkan ole kanker atau sifilis. Kutu kemaluan (pedikulosis pubis) bisa
menyebabkan gatal-gatal di daerah vulva.
D. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejala, hasil pemeriksaan fisik dan karakteristik cairan yang
keluar dari vagina. Contoh cairan juga diperiksa dengan mikroskop dan dibiakkan
untuk mengetahui organisme penyebabnya. Untuk mengetahui adanya keganasan,
dilakukan pemeriksaan pap smear.
Pada vulvitis menahun yang
tidak memberikan respon terhadap pengobatan biasanya dilakukan pemeriksaan
biopsi jaringan.
E. Pengobatan
Jika cairan yang keluar dari
vagina normal, kadang pembilasan dengan air bisa membantu mengurangi jumlah
cairan. Cairan vagina akibat vaginitis perlu diobati secara khusus sesuai
dengan penyebabnya. Jika penyebabnya adalah infeksi, diberikan antibiotik,
anti-jamur atau anti-virus, tergantung kepada organisme penyebabnya. Untuk
mengendalikan gejalanya bisa dilakukan pembilasan vagina dengan campuran cuka
dan air. Tetapi pembilasan ini tidak boleh dilakukan terlalu lama dan terlalu
sering karena bisa meningkatkan resiko terjadinya peradangan panggul.
Jika akibat infeksi labia
(lipatan kulit di sekitar vagina dan uretra) menjadi menempel satu sama lain,
bisa dioleskan krim estrogen selama 7-10 hari.
Selain antibiotik, untuk
infeksi bakteri juga diberikan jeli asam propionat agar cairan vagina lebih
asam sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri. Pada infeksi meular seksual,
untuk mencegah berulangnya infeksi, kedua pasangan seksual diobati pada saat
yang sama.
Penipisan lapisan vagina pasca
menopause diatasi dengan terapi sulih estrogen. Estrogen bisa diberikan dalam
bentuk tablet, plester kulit maupun krim yang dioleskan langsung ke vulva dan
vagina.
Selain obat-obatan, penderita
juga sebaiknya memakai pakaian dalam yang tidak terlalu ketat dan menyerap
keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga (misalnya terbuat dari katun)
serta menjaga kebersihan vulva (sebaiknya gunakan sabun gliserin). Untuk
mengurangi nyeri dan gatal-gatal bisa dibantu dengan kompres dingin pada vulva
atau berendam dalam air dingin.
Untuk mengurangi gatal-gatal
yang bukan disebabkan oleh infeksi bisa dioleskan krim atau salep
corticosteroid dan antihistamin per-oral (tablet). Krim atau tablet acyclovir
diberikan untuk mengurangi gejala dan memperpendek lamanya infeksi herpes.
Untuk mengurangi nyeri bisa diberikan obat pereda nyeri.
Vulva vaginitis
A. Pengertian
Vulvovaginitis adalah
peradangan atau infeksi pada vulva dan vagina.
Vulvovaginal kandidiasis adalah nama yang sering
diberikan untuk Candida albicans vagina infeksi berhubungan dengan dermatitis
dari vulva (gatal ruam). 'Vaginal thrush', dan 'monilia' juga nama-nama untuk
Candida albicans infeksi.
Candida albicans adalah jamur ragi biasanya bertanggung jawab atas vulva gatal
dan pengosongan. Hal ini umumnya pelaku bahwa perempuan selalu merujuk pada
setiap Vulvovaginal gatal sebagai "infeksi jamur," tapi perlu
diketahui bahwa semua tidak selalu gatal disebabkan oleh ragi.
B. Etiologi
Vulvovaginitis dapat mempengaruhi perempuan dari segala usia dan sangat umum. Hal ini dapat disebabkan oleh bakteri, ragi, virus, dan parasit lain. Beberapa penyakit menular seksual juga dapat menyebabkan vulvovaginitis, seperti yang bisa ditemukan berbagai bahan kimia gelembung mandi, sabun, dan parfum. Faktor-faktor lingkungan seperti kebersihan yang buruk dan alergen juga dapat menyebabkan kondisi ini.
Vulvovaginitis dapat mempengaruhi perempuan dari segala usia dan sangat umum. Hal ini dapat disebabkan oleh bakteri, ragi, virus, dan parasit lain. Beberapa penyakit menular seksual juga dapat menyebabkan vulvovaginitis, seperti yang bisa ditemukan berbagai bahan kimia gelembung mandi, sabun, dan parfum. Faktor-faktor lingkungan seperti kebersihan yang buruk dan alergen juga dapat menyebabkan kondisi ini.
Candida albicans, yang menyebabkan infeksi jamur, adalah salah satu penyebab
paling umum vulvovaginitis perempuan dari segala usia. Penggunaan antibiotik
dapat menyebabkan infeksi jamur dengan membunuh antijamur normal bakteri yang
hidup di vagina. Infeksi jamur kelamin biasanya menyebabkan gatal-gatal dan
tebal, putih discharg vagina, dan gejala lain. Untuk informasi lebih lanjut,
lihat: ragi infeksi vagina
Penyebab lain adalah vulvovaginitis bakteri vaginosis, suatu pertumbuhan berlebih dari jenis bakteri tertentu dalam vagina. Bakteri vaginosis dapat menyebabkan tipis, warna abu-abu vagina dan bau amis. Sebuah penyakit menular seksual yang disebut Trichomonas vaginitis infeksi adalah penyebab umum lain. Infeksi ini mengarah ke kelamin gatal, bau vagina, dan vagina yang berat, yang mungkin kuning-abu atau warna hijau. Gelembung mandi, sabun, vagina kontrasepsi, feminin semprotan, dan parfum dapat menyebabkan iritasi ruam gatal di daerah genital, sedangkan nonabsorbent ketat atau pakaian kadang-kadang menyebabkan ruam panas.
Penyebab lain adalah vulvovaginitis bakteri vaginosis, suatu pertumbuhan berlebih dari jenis bakteri tertentu dalam vagina. Bakteri vaginosis dapat menyebabkan tipis, warna abu-abu vagina dan bau amis. Sebuah penyakit menular seksual yang disebut Trichomonas vaginitis infeksi adalah penyebab umum lain. Infeksi ini mengarah ke kelamin gatal, bau vagina, dan vagina yang berat, yang mungkin kuning-abu atau warna hijau. Gelembung mandi, sabun, vagina kontrasepsi, feminin semprotan, dan parfum dapat menyebabkan iritasi ruam gatal di daerah genital, sedangkan nonabsorbent ketat atau pakaian kadang-kadang menyebabkan ruam panas.
Jengkel jaringan lebih rentan terhadap infeksi daripada jaringan normal, dan
banyak organisme penyebab infeksi berkembang dalam lingkungan yang hangat,
lembab, dan gelap. Tidak hanya faktor-faktor ini dapat berkontribusi pada
penyebab vulvovaginitis, mereka sering memperpanjang periode pemulihan.
Kurangnya estrogen pada wanita postmenopause dapat menyebabkan kekeringan vagina
dan penipisan kulit vagina dan vulva, yang juga dapat menyebabkan atau
memperburuk kelamin gatal dan terbakar.
Nonspesifik vulvovaginitis (di mana penyebab dapat diidentifikasi) dapat
dilihat dalam semua kelompok usia, tetapi paling sering terjadi pada anak gadis
sebelum pubertas. Setelah pubertas dimulai, vagina menjadi lebih asam, yang
cenderung untuk membantu mencegah infeksi.
Vulvovaginitis nonspesifik dapat terjadi pada anak perempuan dengan genital
miskin kebersihan dan ditandai oleh berbau busuk, coklat-hijau pelepasan dan
iritasi labia dan vagina. Kondisi ini sering dikaitkan dengan pertumbuhan
berlebih dari suatu jenis bakteri yang biasanya ditemukan di dalam tinja.
Bakteri ini kadang-kadang menyebar dari anus ke area vagina dengan mengusap
dari belakang ke depan setelah menggunakan kamar mandi.
Pelecehan seksual harus dipertimbangkan pada anak-anak dengan infeksi yang
tidak biasa dan berulang episode dijelaskan vulvovaginitis. Neisseria gonorrhoeae,
organisme yang menyebabkan gonore, menghasilkan gonokokal vulvovaginitis di
gadis-gadis muda. Gonocorrhea vaginitis terkait dianggap sebagai penyakit
menular seksual. Jika tes laboratorium mengkonfirmasi diagnosis ini,
gadis-gadis muda harus dievaluasi untuk pelecehan seksual.
Sekitar 20% dari non-hamil wanita usia 15-55 pelabuhan Candida albicans dalam
vagina. Sebagian besar tidak mempunyai gejala dan itu berbahaya bagi mereka.
Pertumbuhan yang berlebihan dari Candida albicans menyebabkan berat dadih putih
seperti vagina, rasa panas di vagina dan vulva dan / atau ruam gatal di vulva
dan kulit di sekitarnya.
Estrogen menyebabkan lapisan vagina untuk dewasa dan mengandung glikogen,
sebuah substrat yang Candida albicans berkembang. Kurangnya estrogen pada
wanita yang lebih muda dan lebih tua membuat kandidiasis Vulvovaginal jarang
terjadi.
Pertumbuhan yang berlebihan dari Candida albicans terjadi paling sering dengan:
•
Kehamilan
•
Dosis tinggi pil KB kombinasi dan estrogen berbasis terapi penggantian hormon
•
Sebuah rangkaian antibiotik spektrum luas seperti tetracycline atau amoxiclav
•
Diabetes mellitus
•
Anemia kekurangan zat besi
•
Defisiensi imunologis misalnya, infeksi HIV
• Di atas
kondisi kulit yang lain, sering psorias , Planus lumut atau lumut sclerosus.
•
Penyakit lain
C. Patofisiologi
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida sp. pada sel epitel vagina. Kemampuan melekat ini lebih baik pada C.albicans daripada spesies Candida lainnya. Kemudian, Candida sp. mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan-ikatan protein sel pejamu sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu, Candida sp. juga mengeluarkan mikotoksin diantaranya gliotoksin yang mampu menghambat aktivitas fagositosis dan menekan sistem imun lokal. Terbentuknya kolonisasi Candida sp. memudahkan proses invasi tersebut berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada pejamu.
Proses infeksi dimulai dengan perlekatan Candida sp. pada sel epitel vagina. Kemampuan melekat ini lebih baik pada C.albicans daripada spesies Candida lainnya. Kemudian, Candida sp. mensekresikan enzim proteolitik yang mengakibatkan kerusakan ikatan-ikatan protein sel pejamu sehingga memudahkan proses invasi. Selain itu, Candida sp. juga mengeluarkan mikotoksin diantaranya gliotoksin yang mampu menghambat aktivitas fagositosis dan menekan sistem imun lokal. Terbentuknya kolonisasi Candida sp. memudahkan proses invasi tersebut berlangsung sehingga menimbulkan gejala pada pejamu.
D. Manifestasi
Klinis
Vulvovaginal gejala kandidiasis, yaitu, suatu pertumbuhan berlebih dari Candida
albicans, meliputi:
· Gatal, nyeri dan / atau pembakaran ketidaknyamanan pada vagina dan vulva
· Berat dadih putih seperti vagina
· Ruam merah terang yang mempengaruhi bagian dalam dan luar dari vulva,
kadang-kadang menyebar luas di pangkal paha untuk memasukkan daerah kemaluan,
daerah inguinal dan paha.
Ini bisa berlangsung hanya
beberapa jam atau bertahan selama berhari-hari, berminggu-minggu, atau jarang,
bulan.
· Gejala mungkin kadang-kadang diperparah oleh hubungan seksual.
E. Komplikasi
•
Ketidaknyamanan yang tidak hilang
•
Infeksi kulit (dari garukan)
•
Komplikasi karena penyebab kondisi (seperti gonore dan infeksi kandida)
F. Pencegahan
Untuk mencegah infeksi jamur, mengenakan pakaian katun agar udara dapat bersirkulasi. Walaupun sejumlah obat untuk mengobati infeksi jamur baru-baru ini akan tersedia over-the-counter, berhati-hati dalam membuat diagnosis diri terburu-buru.
Untuk mencegah infeksi jamur, mengenakan pakaian katun agar udara dapat bersirkulasi. Walaupun sejumlah obat untuk mengobati infeksi jamur baru-baru ini akan tersedia over-the-counter, berhati-hati dalam membuat diagnosis diri terburu-buru.
Penggunaan kondom selama
hubungan seksual bisa mencegah sebagian besar infeksi menular seksual vagina.
Tepat pas dan memadai penyerap pakaian, dikombinasikan dengan baik kebersihan
daerah genital juga mencegah banyak kasus infeksi non-vulvovaginitis.
Anak-anak harus diajarkan bagaimana cara benar
membersihkan daerah genital saat memandikan atau mandi. Tepat menyeka setelah
menggunakan toilet juga akan membantu (anak harus selalu menyeka dari depan ke
belakang untuk menghindari memperkenalkan bakteri dari anus ke vagina).
Tangan harus dicuci bersih
sebelum dan setelah menggunakan kamar mandi.
G. Penatalaksanaan
Kadang-kadang Candida albicans
infeksi tetap ada meski terapi konvensional yang memadai. Pada beberapa wanita
hal ini mungkin merupakan tanda kekurangan zat besi , diabetes melitus atau
masalah imun, dan tes yang sesuai harus dilakukan.
Perempuan yang mengalami
berulang Vulvovaginal Candida albicans melakukannya karena infeksi persisten,
daripada infeksi ulang. Tujuan dari perawatan dalam situasi ini adalah untuk
menghindari pertumbuhan berlebih dari kandida yang mengarah ke gejala, daripada
harus mampu mencapai pemberantasan menyelesaikan atau menyembuhkan.
Ada beberapa bukti bahwa langkah-langkah berikut dapat
membantu:
· Kapas atau uap air-wicking pakaian dalam dan pakaian longgar, menghindari
stoking nilon.
· Perendaman dalam garam mandi. Hindari sabun –
· Menggunakan pembersih non-sabun atau krim untuk mencuci berair.
· Terapkan hidrokortison krim untuk mengurangi gatal dan mengobati sekunder
dermatitis mempengaruhi vulva.
· Perlakukan dengan krim anti jamur sebelum setiap periode menstruasi dan
sebelum terapi antibiotik untuk mencegah kambuh. Sebuah perjalanan
panjang sebuah antijamur topikal agen kadang-kadang diperlukan (tapi hal
ini mungkin sendiri menyebabkan dermatitis atau hasil dalam non-proliferasi
candida albicans).
· Antijamur oral obat-obatan (itrakonazol atau flukonazol) dapat diambil
secara teratur dan sebentar-sebentar (misalnya sekali sebulan). Dosis dan
frekuensi yang cukup bervariasi, tergantung pada keparahan gejala. Oral agen
antijamur mungkin tidak sesuai pada kehamilan. Mereka membutuhkan resep.
· Asam borat (boraks) 600mg sebagai supositoria pada malam hari dapat
membantu untuk mengasamkan vagina dan mengurangi kehadiran khamir (albicans dan
non-candida albicans).
Langkah-langkah berikut belum ditunjukkan untuk
membantu.
· Perawatan
pasangan seksual - laki-laki mungkin mendapatkan singkat reaksi kulit pada
penis, yang membersihkan cepat dengan krim antijamur. Memperlakukan laki-laki
tidak mengurangi jumlah episode kandidiasis pada pasangan wanita mereka.
· Khusus gula
rendah, rendah ragi atau yoghurt tinggi diet
· Menempatkan yoghurt dalam vagina
· Obat alami (dengan pengecualian asam borat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar